

Wanita yang tidak bisa tidur (Foto oleh Annie Spratt di Unsplash)
CHICAGO — Apakah lampu jalan di luar jendela Anda membuat Anda mengalami penurunan kognitif? Dari kota-kota yang sibuk hingga cahaya yang berasal dari telepon pintar yang diletakkan di samping tempat tidur, sebuah studi baru telah menemukan hubungan yang mengejutkan antara aktivitas tanpa henti ini dan kesehatan otak. Para peneliti di Chicago mengatakan bahwa daerah dengan tingkat polusi cahaya malam yang lebih tinggi mungkin memiliki kaitan dengan prevalensi penyakit Alzheimer yang lebih tinggi.
Sebuah tim dari Rush University Medical Center menemukan hubungan yang kuat antara pencahayaan buatan di malam hari dan risiko terkena penyakit Alzheimer, bentuk demensia yang paling umum. Temuan ini menambah dimensi baru pada pemahaman kita tentang faktor lingkungan yang dapat memengaruhi kondisi neurologis yang merusak ini.
Studi ini, yang diterbitkan dalam jurnal Batas-batas dalam Ilmu Sarafmenganalisis data dari seluruh Amerika Serikat, membandingkan citra satelit intensitas cahaya malam hari dengan catatan Medicare tentang prevalensi penyakit Alzheimer. Temuan mereka menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan: negara bagian dan daerah dengan lingkungan malam hari yang lebih terang secara konsisten menunjukkan tingkat penyakit Alzheimer yang lebih tinggi di antara penduduknya.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa di AS terdapat hubungan antara prevalensi penyakit Alzheimer dan paparan cahaya di malam hari, khususnya pada mereka yang berusia di bawah 65 tahun,” kata peneliti utama studi tersebut, Robin Voigt-Zuwala, PhD, seorang profesor madya di Rush, dalam rilis media. “Polusi cahaya di malam hari — faktor lingkungan yang dapat diubah — dapat memengaruhi risiko Alzheimer.”
Apa sebenarnya polusi cahaya itu?
Ini bukan hanya tentang menyalakan terlalu banyak lampu di malam hari. Polusi cahaya mengacu pada cahaya buatan yang berlebihan, salah arah, atau mencolok. Ini dapat mencakup segala hal mulai dari lampu jalan yang dirancang buruk yang menyinari langit hingga cahaya dari kota-kota kita yang menciptakan lingkaran cahaya yang terlihat dari jarak bermil-mil. Di daerah perkotaan, cahaya buatan ini dapat begitu kuat sehingga menenggelamkan bintang-bintang, membuat penduduk kota terus-menerus melihat langit yang remang-remang.
Dampak dari pencahayaan buatan ini tidak hanya membuat kita sulit melihat langit malam. Tubuh kita telah berevolusi untuk berfungsi pada siklus siang-malam alami, yang dikenal sebagai ritme sirkadian. Jam internal ini mengatur segalanya mulai dari pola tidur hingga produksi hormon dan bahkan fungsi kognitif. Ketika kita terpapar cahaya buatan di malam hari, hal itu dapat mengganggu keseimbangan yang rapuh ini, yang berpotensi menyebabkan serangkaian masalah kesehatan.
Temuan studi ini khususnya mengejutkan jika menyangkut individu yang lebih muda. Bagi orang yang berusia di bawah 65 tahun, hubungan antara paparan cahaya malam hari dan prevalensi Alzheimer lebih kuat daripada faktor risiko lain yang diteliti, termasuk faktor risiko yang sudah diketahui seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih muda mungkin sangat rentan terhadap efek kognitif dari polusi cahaya.
“Gen tertentu dapat memengaruhi Alzheimer dini, dan gen yang sama ini dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap efek paparan cahaya malam hari,” jelas Voigt-Zuwala. “Selain itu, orang yang lebih muda cenderung tinggal di daerah perkotaan dan memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkan paparan cahaya di malam hari.”

Sebelum Anda buru-buru menutup jendela, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini menunjukkan korelasi, bukan sebab akibat. Para peneliti dengan cepat menunjukkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami mekanisme pasti yang berperan. Namun, temuan ini sejalan dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa gangguan pada siklus terang-gelap alami kita dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Jadi, apa yang dapat kita lakukan dengan informasi ini? Meskipun kita tidak dapat begitu saja mematikan semua lampu di kota-kota kita, mewaspadai paparan cahaya di malam hari dan mengambil langkah-langkah untuk menguranginya dapat bermanfaat. Ini dapat berarti menggunakan tirai antitembus cahaya, menghindari layar sebelum tidur, atau menganjurkan desain pencahayaan perkotaan yang lebih bijaksana yang meminimalkan pencahayaan yang tidak perlu.
Saat kita terus mengungkap faktor-faktor kompleks yang berkontribusi terhadap penyakit Alzheimer, penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan lingkungan kita – hingga bola lampu yang kita gunakan – dalam upaya kita untuk mendapatkan kesehatan otak yang lebih baik. Ini adalah pengingat bahwa di dunia kita yang cerah dan terus-menerus, terkadang sedikit kegelapan mungkin merupakan hal yang tepat untuk kita.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti menggunakan pendekatan cerdas untuk menyelidiki hubungan antara polusi cahaya dan penyakit Alzheimer. Mereka mengumpulkan dua jenis data utama:
- Data Cahaya Malam Hari: Mereka menggunakan citra satelit yang menangkap kecerahan Bumi di malam hari. Citra yang diambil oleh satelit NASA ini menunjukkan seberapa banyak cahaya yang dipancarkan dari berbagai wilayah di Amerika Serikat.
- Data Penyakit Alzheimer: Mereka mengumpulkan informasi tentang prevalensi penyakit Alzheimer dari catatan Medicare. Data ini menunjukkan seberapa umum penyakit Alzheimer di berbagai negara bagian dan daerah.
Para peneliti kemudian membandingkan kedua set data ini, untuk mencari polanya. Mereka bertanya: Apakah daerah dengan cahaya malam yang lebih banyak cenderung memiliki lebih banyak kasus penyakit Alzheimer?
Untuk memastikan temuan mereka bukan hanya kebetulan, mereka juga mempertimbangkan faktor lain yang mungkin memengaruhi tingkat Alzheimer, seperti obesitas, diabetes, dan depresi.
Hasil Utama
Negara bagian dan daerah dengan cahaya malam yang lebih terang umumnya memiliki tingkat penyakit Alzheimer yang lebih tinggi. Bagi orang yang berusia di bawah 65 tahun, hubungan antara polusi cahaya dan Alzheimer bahkan lebih kuat daripada faktor risiko lain yang diketahui.
Hubungan ini terbukti benar jika dilihat dari berbagai tahun, berbagai kelompok usia, kedua jenis kelamin, dan sebagian besar kelompok ras. Polusi cahaya lebih erat kaitannya dengan Alzheimer daripada beberapa faktor risiko lain yang diketahui, seperti penyalahgunaan alkohol atau obesitas.
Keterbatasan Studi
Studi ini menunjukkan hubungan antara polusi cahaya dan Alzheimer, tetapi tidak membuktikan bahwa yang satu menyebabkan yang lain. Studi ini hanya menggunakan data Medicare, yang tidak mencakup semua orang dalam populasi.
Selain itu, penelitian ini mengamati tempat tinggal orang saat ini, bukan tempat tinggal mereka selama hidup mereka. Penelitian ini juga tidak dapat mengukur paparan cahaya dalam ruangan, yang mungkin juga penting. Para peneliti mencatat mungkin ada penjelasan lain untuk hubungan tersebut yang tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini.
Diskusi & Kesimpulan
Para peneliti menyarankan beberapa cara paparan cahaya malam hari dapat memengaruhi risiko Alzheimer:
- Gangguan Tidur: Paparan cahaya di malam hari dapat mengganggu tidur, yang sangat penting untuk kesehatan otak.
- Gangguan Ritme Sirkadian: Jam internal tubuh kita bergantung pada siklus alami terang-gelap. Mengganggu siklus ini dapat menimbulkan dampak kesehatan yang luas.
- Perubahan Biokimia: Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan cahaya malam hari dapat meningkatkan peradangan dan menurunkan kadar zat kimia penting di otak.
Studi ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut tentang bagaimana lingkungan modern yang terang benderang dapat memengaruhi kesehatan otak kita. Studi ini juga menunjukkan bahwa mengurangi cahaya malam yang tidak perlu berpotensi menjadi cara baru untuk meningkatkan kesehatan kognitif yang lebih baik.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh hibah dari National Institutes of Health. Para peneliti menyatakan tidak ada konflik kepentingan, yang berarti mereka tidak memiliki hubungan keuangan atau pribadi yang dapat memengaruhi penelitian mereka secara tidak pantas.