Penyakit kronis adalah suatu kondisi medis yang dapat ditangani tetapi tidak dapat disembuhkan. Meskipun mempelajari dan menggabungkan aspek fisik dari diagnosis baru dapat menjadi tantangan, menghadapi tantangan emosional bisa lebih sulit daripada menerima aspek fisik dari suatu penyakit.
Diagnosis baru mungkin berupa alergi makanan, asma, diabetes, atau diagnosis kanker. Anak-anak membutuhkan orang tua atau wali untuk membantu mereka menanganinya, dan sering kali orang tua juga membutuhkan bantuan. Ayah dan ibu sering kali lebih merasa kesal dibandingkan anak-anak mereka, dan perjuangan tersebut juga dapat berdampak pada anak-anak mereka.
Bagaimana diagnosis medis mempengaruhi seorang anak
Seorang anak dengan diagnosis medis baru mulai menganggap dirinya “berbeda”, memiliki keterbatasan. Masalah kesehatan mental yang paling umum mereka hadapi adalah kecemasan dan depresi. Penyakit medis kronis dan dampak emosional yang ditimbulkannya dapat mengganggu:
- Sekolah: Seorang anak mungkin tidak masuk sekolah untuk jangka waktu yang berbeda-beda atau harus bersekolah di rumah.
- Kegiatan ekstrakurikuler: Seorang anak mungkin tidak dapat berpartisipasi pada tingkat pra-diagnosisnya atau bahkan tidak dapat berpartisipasi sama sekali.
- Persahabatan: Anak-anak dengan beberapa batasan mungkin merasa terisolasi dari teman sebayanya.
- Kegiatan sosial: Beberapa kondisi, seperti alergi makanan atau pola pengobatan, dapat mengganggu pesta, acara menginap, atau aktivitas lainnya.
- Perkembangan psikososial normal: Diagnosis pada usia dini dapat mengganggu tugas normal remaja, seperti berpisah dari orang tua.
Anak-anak tidak ingin merasa tersisih atau berbeda. Gangguan ini, terutama pada masa-masa penting perkembangan, dapat menyebabkan masalah perilaku, kecemasan, dan depresi.
Tidak semua anak akan menghadapi pergumulan emosional, apalagi jika orang-orang di sekitarnya membuat mereka merasa aman dan tenteram. Salah satu hal yang mungkin menyebabkan anak-anak lebih kesulitan adalah bertambahnya usia. Remaja akan lebih khawatir dibandingkan anak-anak yang masih kecil. Mengalami komplikasi penyakit atau pengobatan atau menghadapi ancaman terhadap tubuh mereka (misalnya operasi) meningkatkan risiko anak mengalami masalah kesehatan mental. Anak-anak juga lebih banyak berjuang ketika orang tuanya berjuang.
Bagaimana orang tua dapat membantu?
Wajar jika orang tua ingin melindungi anak dari kesulitan akibat kondisi medis baru dan menghindari membicarakannya. Namun, tidak membicarakannya pada tingkat yang sesuai dengan perkembangannya akan menyebabkan anak menjadi lebih cemas.
Jika orang tua tidak yakin seberapa banyak yang harus dibagikan kepada anaknya, mereka dapat meminta bimbingan dari ahli medis. Berbagi informasi tentang diagnosis anak sebaiknya disertai dengan penjelasan tentang apa yang dilakukan untuk membantu anak tersebut.
Bagaimana dengan anak yang lebih besar?
Seiring bertambahnya usia anak, mereka ingin lebih mengontrol pengobatannya, namun mereka mungkin kurang patuh. Usia 12 hingga 18 tahun adalah saat anak-anak menginginkan otonomi lebih. Konflik keluarga mungkin muncul. Orang tua harus melibatkan remajanya dalam pengambilan keputusan medis sebanyak mungkin sehingga remaja tersebut merasa memiliki kendali atas pengelolaan kondisinya.
Orang tua harus jelas dan konsisten mengenai ekspektasi mereka terhadap perilaku remajanya. Mungkin bermanfaat untuk membuat kontrak pengobatan dan manajemen dengan anak-anak yang lebih besar.
Sebisa mungkin, tetapkan ekspektasi dan batasan perilaku yang sama seperti yang Anda lakukan pada anak yang bebas penyakit, termasuk hal-hal seperti pekerjaan rumah dan membantu pekerjaan rumah. Cobalah untuk memperlakukan saudara kandung dengan cara yang sama. Seorang anak dengan diagnosis medis tidak mendapatkan “tiket masuk gratis” untuk menghindari tanggung jawab hidup. Mempertahankan struktur itu penting.
Bagaimana cara mengetahui kapan anak Anda membutuhkan bantuan lebih profesional?
Berikut beberapa tanda peringatan untuk anak-anak berusia antara tiga dan 10 tahun:
- Tanpa henti memikirkan kesehatan mereka
- Khawatir tentang kesehatan anggota keluarga lainnya
- Tidur terganggu karena kekhawatiran
- Menyalahkan diri mereka sendiri atas penyakit mereka
- Memiliki gejala fisik yang tidak berhubungan dengan kondisi medisnya, seperti sakit kepala atau sakit perut
- Menjadi mengganggu di sekolah
Di kalangan remaja, stres lebih mirip depresi atau gangguan dalam hubungan. Tanda-tanda peringatan tersebut mungkin termasuk:
- Masalah sosial
- Penarikan diri dan konflik dengan teman sebaya
- Ketidakmampuan untuk menemukan kesenangan dalam aktivitas biasa
- Perubahan nilai
- Keputusasan
Orang tua bisa kesulitan saat anaknya sakit
Bukan hal yang aneh jika orang tua lebih terpengaruh dibandingkan anak-anak ketika anak-anak menerima diagnosis medis jangka panjang. Sayangnya, hal ini dapat membuat anak menjadi lebih sulit beradaptasi dan mengelola. Anak-anak merasakan ketika orang tua merasa tidak nyaman dan hal ini juga dapat membuat mereka kesal. Jika orang tua menganggap anaknya sangat rapuh atau dalam bahaya, anak tersebut mungkin mulai memandang dirinya seperti itu, sehingga menurunkan ketahanan anak. Orang tua mungkin kesulitan menetapkan batasan, sehingga menyebabkan anak mereka bertingkah. Perawatan diri itu penting!
Simak 10 tip berikut untuk mempraktikkan perawatan diri sebagai orang tua:
- Buang prasangka yang ada. Perawatan diri tidak harus mewah, mahal, atau memakan waktu. Terkadang, mandi air panas atau menelepon teman.
- Dapatkan hobi. Temukan kembali aktivitas yang Anda sukai sebelum memiliki anak, meskipun dalam dosis yang lebih kecil dari sebelumnya, atau lakukan sesuatu yang baru.
- Gerakkan tubuhmu. Olahraga melepaskan endorfin yang membuat Anda merasa nyaman, dan manfaat kesehatan lainnya. Tidak bisa ke gym? Cobalah jalan cepat atau kelas yoga di rumah.
- Salurkan napas Anda. Pernapasan dalam dapat membantu Anda memusatkan diri pada saat stres, di mana pun Anda berada atau apa yang terjadi di sekitar Anda.
- Dapatkan pengasuh anak. Anda berhak untuk pergi sebentar!
- Andalkan komunitas Anda. Anda tidak harus melakukan semuanya sendirian. Ketika seseorang menawarkan bantuan, terimalah mereka.
- Habiskan waktu bersama orang dewasa lainnya. Anak-anak Anda luar biasa, tetapi Anda masih memerlukan kesempatan untuk membicarakan pekerjaan Anda, politik, atau album baru Taylor Swift.
- Kembangkan praktik syukur. Berfokus pada apa yang Anda syukuri dapat membantu mengubah perspektif, mengubah pola pikir, dan meningkatkan kesehatan mental Anda.
- Tidurlah. Jika Anda cukup istirahat, Anda akan menjadi versi diri Anda yang lebih baik – dan juga menjadi orang tua yang lebih baik.
- Mintalah bantuan profesional. Seorang terapis dapat membantu Anda mengembalikan diri Anda ke daftar prioritas.