

(Kredit: OneSideProFoto/Shutterstock)
BIRMINGHAM, Inggris Raya — Jika Anda pernah merasa malu untuk mencampuradukkan “the” dan “a” saat berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, inilah kabar baiknya: penutur asli bahasa Inggris cenderung lebih memaafkan kesalahan tata bahasa Anda jika Anda punya aksen asing.
Sebuah studi baru dari University of Birmingham mengungkapkan bahwa penutur bahasa Inggris British cenderung lebih toleran terhadap kesalahan tata bahasa ketika mereka mendengarnya dari seseorang dengan aksen asing, dibandingkan dengan mendengar kesalahan yang sama dari penutur asli. Namun, toleransi ini mempunyai daya tarik yang menarik – tergantung pada tipe kepribadian pendengarnya.
Tim peneliti, termasuk kolaborator dari Universitas Cardiff dan Universitas Serbia, melakukan penelitian dengan 60 penutur bahasa Inggris British di Birmingham – yang merupakan campuran pria dan wanita yang setara. Para peserta ini mendengarkan 40 rekaman yang berbeda, beberapa dengan tata bahasa yang sempurna dan lainnya mengandung kesalahan artikel yang umum (pikirkan mengatakan “Saya menikmati Edinburgh Fringe Festival” daripada “Saya menikmati Edinburgh Fringe Festival”). Bagian-bagian tersebut dibaca oleh penutur bahasa Inggris dan Polandia, sehingga menciptakan perpaduan antara pidato asli dan beraksen asing.
Apa yang membuat penelitian ini menarik adalah bagaimana penelitian ini mengukur reaksi masyarakat. Peserta menilai setiap rekaman dalam dua skala: seberapa alami bahasa tersebut terdengar bagi mereka dan seberapa mudahnya untuk dipahami. Mereka juga menyelesaikan kuesioner kepribadian yang menilai sifat-sifat seperti kehati-hatian, ekstraversi, dan keterbukaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa ketika penutur beraksen Polandia melakukan kesalahan tata bahasa, pendengar secara umum lebih pemaaf dibandingkan ketika penutur beraksen Inggris melakukan kesalahan yang sama. Menurut Dr. Hui Sun, yang sekarang menjadi dosen di Universitas Cardiff, hal ini mungkin terjadi karena “kesalahan tata bahasa dalam ucapan dengan aksen asli lebih tidak terduga dan lebih menonjol bagi pendengarnya”.
Di sinilah kepribadian berperan. Studi ini menemukan bahwa orang-orang yang sangat teliti – mereka yang cenderung lebih berorientasi pada detail dan terorganisir – secara konsisten kurang menerima ucapan beraksen asing, terlepas dari apakah ucapan tersebut mengandung kesalahan tata bahasa atau tidak. Ciri-ciri kepribadian lainnya menunjukkan pola yang lebih kompleks dalam mempengaruhi penilaian pendengar.


“Dengan bahasa Inggris yang digunakan secara global dan beragamnya komunitas multikultural di dalam negeri, kita dapat berharap untuk berbicara dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia yang tidak menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa pertama mereka. Hal ini dapat menyebabkan penyimpangan dari 'standar' yang dirasakan dalam percakapan, seperti aksen asing atau kesalahan tata bahasa, diterima secara negatif dan mengarah pada penilaian yang cepat terhadap seseorang,” kata Profesor Dagmar Divjak, yang memimpin penelitian ini, dalam siaran persnya.
Temuan ini dapat mempunyai implikasi yang signifikan terhadap cara bahasa Inggris diajarkan sebagai bahasa kedua, dan menunjukkan bahwa penekanan pada tata bahasa yang sempurna mungkin harus dikurangi dan lebih banyak pada komunikasi yang efektif. Hal ini juga relevan untuk situasi berisiko tinggi seperti wawancara kerja atau penerimaan akademis, di mana penilaian berdasarkan aksen dapat memengaruhi keputusan penting.
Lokasi penelitian di Birmingham, yang terkenal dengan populasinya yang beragam, mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal tersebut Jurnal Pembangunan Multibahasa dan Multikultural.
“Peserta kami dari Birmingham sangat toleran, hal ini memang wajar karena kota ini memiliki komunitas yang beragam dari berbagai belahan dunia. Studi ini menunjukkan tingkat kebaikan dan pengertian dari peserta kami yang merupakan hal positif yang dapat diambil,” kata Profesor Petar Milin.
Jadi, lain kali Anda mendengar seseorang kesulitan membaca artikel berbahasa Inggris sambil berbicara dengan aksen asing, ingatlah: reaksi Anda mungkin menunjukkan lebih banyak tentang kepribadian Anda daripada kemampuan bahasa Anda.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Penelitian ini melibatkan 60 penutur asli bahasa Inggris (L1), yang menilai 40 bagian bahasa Inggris berdasarkan aksen (Inggris atau Polandia) dan kebenaran tata bahasa (dengan atau tanpa kesalahan). Setiap peserta mendengarkan sampel pidato dan menilai penerimaannya pada skala 100 poin. Kepribadian mereka dinilai menggunakan Lima Besar ciri kepribadian (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness), membantu peneliti melihat bagaimana kepribadian mempengaruhi evaluasi bahasa.
Hasil Utama
Studi ini menemukan bahwa pendengar menilai ucapan dengan aksen asing (Polandia) lebih tinggi, meskipun mengandung kesalahan tata bahasa, kemungkinan besar karena mereka mengira bahwa bukan penutur asli akan melakukan kesalahan. Namun, kesalahan dalam pidato asli (Inggris) dinilai lebih rendah, karena pendengar tidak mengharapkan kesalahan. Selain itu, kepribadian mempengaruhi peringkat; misalnya, orang yang sangat ekstrovert atau teliti memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap ucapan beraksen asing yang mengandung kesalahan.
Keterbatasan Studi
Penelitian ini memiliki sampel aksen dan jenis ucapan yang terbatas, dengan fokus pada aksen Inggris dan Polandia. Penggunaan hanya satu suara laki-laki dan satu suara perempuan per aksen mungkin tidak mencerminkan keragaman penutur asli atau non-pribumi yang lebih luas. Penelitian di masa depan dapat mencakup lebih banyak aksen dan pembicara untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap.
Diskusi & Kesimpulan
Studi ini mengungkapkan bahwa ekspektasi pendengar dan ciri-ciri kepribadian memengaruhi cara penutur asli bahasa Inggris mengevaluasi ucapan beraksen asing. Orang mungkin menilai pembicara dengan lebih lunak jika mereka mengharapkan kesalahan tertentu berdasarkan aksennya. Memahami bias ini dapat membantu meningkatkan keadilan dalam situasi di mana penilaian aksen penting, seperti wawancara kerja atau pendidikan.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didanai oleh The Leverhulme Trust (nomor hibah RL-2016-001). Tidak ada potensi konflik kepentingan yang dilaporkan oleh para peneliti.