Prof: Kita sudah terlalu bergantung pada AI, dan hal itu merusak 'kecerdasan nyata'
BOCA RATON, Florida — Di era di mana orang terus-menerus meraih ponsel pintar untuk mencari informasi, seorang akademisi terkemuka Kanada mendesak masyarakat untuk melatih otak mereka. Profesor Mohamed I. Elmasry, seorang ahli dalam desain mikrocip dan kecerdasan buatan (AI), percaya bahwa 9 kebiasaan harian sederhana seperti tidur siang dan melakukan “latihan” memori dapat secara signifikan mengurangi risiko demensia terkait usia.
Dalam buku barunya, “iMind: Kecerdasan Buatan dan Nyata,” Elmasry berpendapat bahwa kita telah menjadi terlalu bergantung pada AI dengan mengorbankan kecerdasan alami, atau kecerdasan “nyata” (RI) kita. Ia menyerukan untuk kembali memelihara pikiran manusia, yang ia bandingkan dengan telepon pintar tetapi digambarkan jauh lebih kuat dan tahan lama dengan perawatan yang tepat.
“Otak-pikiran Anda adalah aset paling berharga yang Anda miliki, atau yang akan pernah Anda miliki,” tulis Elmasry dalam rilis media. “Tingkatkan potensi dan umur panjangnya dengan merawatnya sejak dini, jaga kesehatan otak dan tubuh Anda agar dapat terus berkembang.”
Inspirasi untuk buku Elmasry datang dari pengalaman pribadinya. Setelah kehilangan saudara iparnya karena Alzheimer dan melihat orang-orang terdekatnya, termasuk ibunya, menderita berbagai bentuk demensia, ia merasa terdorong untuk berbagi wawasannya tentang kesehatan otak.
Walaupun Elmasry mengakui bahwa perangkat pintar menjadi semakin canggih, ia berpendapat bahwa perangkat pintar tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan otak manusia.
“Umur pakai telepon pintar saat ini hanya sekitar 10 tahun, sedangkan otak-pikiran yang sehat di dalam tubuh manusia yang sehat dapat hidup hingga 100 tahun atau lebih,” jelas Elmasry.
Salah satu isu utama yang disoroti Elmasry adalah ketergantungan kita yang semakin besar pada teknologi untuk mengingat informasi dasar. Ia berbagi cerita tentang cucu-cucunya yang perlu menggunakan mesin pencari untuk menyebutkan nama ibu kota Kuba meskipun baru saja menghabiskan waktu seminggu di negara tersebut. Kisah ini menjadi pengingat yang jelas tentang bagaimana generasi muda semakin bergantung pada aplikasi telepon pintar AI alih-alih melatih kemampuan mental mereka sendiri.
“Ingatan yang sehat berjalan seiring dengan kecerdasan yang sesungguhnya,” tegas Elmasry. “Ingatan kita tidak akan dapat mencapai potensi penuhnya tanpa RI.”
Jadi, apa yang dapat kita lakukan untuk menjaga otak tetap tajam dan mengurangi risiko penurunan kognitif? Elmasry menawarkan beberapa kiat praktis:
- Tidur siang: Ini dapat membantu menyegarkan ingatan kita dan fungsi otak serta tubuh lainnya.
- Mainkan 'permainan otak': Terlibat dalam latihan otak setiap hari untuk mengembangkan dan menguji ingatan Anda.
- Membangun memori 'asosiatif': Ini melibatkan menghubungkan informasi baru dengan apa yang telah Anda ketahui, pada dasarnya menciptakan 'kamus makna' mental.
- Membaca buku dengan suara keras: Ini melibatkan banyak indra dan membantu memperkuat ingatan.
- Berlatih kesadaran: Ubahlah pertemuan sehari-hari menjadi pengalaman yang benar-benar nyata alih-alih menjalaninya secara otomatis.
- Gabungkan istirahat: Dedikasikan satu hari dalam seminggu untuk relaksasi sejati.
- Tinjau gaya hidup Anda: Mulailah memikirkan kesehatan otak sedini usia 20-an atau 30-an.
- Terapkan pola makan sehat: Nutrisi yang baik sangat penting untuk fungsi otak.
- Konsumsi alkohol sedang: Mengurangi atau menghilangkan asupan alkohol dapat menurunkan risiko demensia.
Buku karya Elmasry tidak hanya menawarkan kiat-kiat untuk kesehatan otak. Buku ini mengupas sejarah desain mikrocip, pembelajaran mesin, dan AI, serta menjelaskan cara kerja teknologi ini di telepon pintar dan perangkat lainnya. Ia juga mengeksplorasi cara kerja kecerdasan manusia dan cara aktivitas otak terhubung dengan pikiran dan ingatan kita.
Menariknya, Elmasry menarik persamaan antara pikiran manusia dan telepon pintar, dengan membandingkan “perangkat keras,” “perangkat lunak,” dan “aplikasi” otak kita dengan perangkat digital kita. Akan tetapi, ia menekankan bahwa otak manusia jauh melampaui AI saat ini dalam hal kecepatan, akurasi, kapasitas penyimpanan, dan fungsi lainnya.
Buku ini juga menyentuh isu-isu sosial yang lebih luas terkait kesehatan otak. Elmasry berpendapat bahwa penuaan yang sehat sama pentingnya dengan perubahan iklim tetapi kurang mendapat perhatian. Ia menyerukan para pembuat kebijakan untuk menerapkan reformasi yang mempromosikan kesejahteraan kognitif, seperti mengubah aula bingo dari tempat hiburan yang tidak banyak bergerak menjadi pusat pembelajaran aktif.
Sementara “iMind: Kecerdasan Buatan dan Nyata” membahas topik-topik yang kompleks, ia bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan antara kecerdasan nyata dan buatan dengan cara yang mudah diakses. Dengan membahas kontroversi terkini seputar AI dan menginspirasi jalan baru untuk penelitian tentang kondisi neurodegeneratif dan kanker, Elmasry berharap dapat memicu fokus baru pada potensi kognitif manusia.
Saat kita menjelajahi dunia yang semakin digital, pesan Elmasry berfungsi sebagai pengingat tepat waktu tentang kekuatan luar biasa pikiran manusia. Dengan mengadopsi kebiasaan sederhana dan memprioritaskan kesehatan otak, kita tidak hanya dapat mengurangi risiko penurunan kognitif tetapi juga memanfaatkan potensi penuh kecerdasan alami kita. Jadi, lain kali Anda tergoda untuk mencari sesuatu di Google, mengapa tidak menantang otak Anda saja? Diri Anda di masa depan mungkin akan berterima kasih karenanya.