

(© Afrika Baru – stock.adobe.com)
SHANGHAI — Di dunia pemikiran yang sunyi, beberapa orang mendengar suara-suara. Para ilmuwan telah lama bingung tentang asal mula halusinasi pendengaran, sebuah gejala yang mempengaruhi banyak penderita skizofrenia. Sebuah penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti di Tiongkok dan Amerika Serikat mungkin telah memecahkan bagian penting dari teka-teki yang telah lama ada ini, sehingga berpotensi membuka jalan bagi pengobatan dan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi yang sering disalahpahami ini.
Penulis penelitian menyimpulkan bahwa halusinasi pendengaran mungkin disebabkan oleh kombinasi dua gangguan berbeda pada kemampuan otak untuk memproses dan memprediksi informasi sensorik. Temuan mereka, dipublikasikan di jurnal Biologi PLOSmenunjukkan bahwa halusinasi ini muncul dari interaksi yang kompleks antara sistem motorik dan sensorik di otak, bukan sekadar produk imajinasi yang terlalu aktif atau pemrosesan sensorik yang tidak berjalan dengan baik.
Penelitian ini berfokus pada dua kelompok pasien skizofrenia: mereka yang mengalami halusinasi verbal pendengaran (AVH) dan mereka yang tidak. Dengan membandingkan kelompok-kelompok ini satu sama lain dan dengan individu yang sehat, para peneliti dapat menunjukkan perbedaan spesifik dalam fungsi otak yang mungkin berkontribusi pada pengalaman mendengar suara-suara hantu.
Inti dari penelitian ini adalah dua konsep kunci dalam ilmu saraf: pelepasan akibat wajar (CD) dan salinan efferensi (EC). Ini adalah sinyal yang dihasilkan otak saat merencanakan atau melaksanakan suatu gerakan, termasuk ucapan. Dalam otak yang sehat, CD bertindak sebagai sinyal penghambatan umum, mengurangi respons sensorik terhadap tindakan yang dilakukan sendiri. Ini membantu kita membedakan antara tindakan kita sendiri dan kejadian eksternal. EC, sebaliknya, lebih spesifik, meningkatkan respons sensorik terkait tindakan tertentu yang dilakukan.
Para peneliti berhipotesis bahwa pada orang dengan halusinasi pendengaran, sistem ini mungkin mengalami gangguan dalam berbagai cara. Untuk menguji hal ini, mereka merancang eksperimen cerdas yang memungkinkan mereka mengukur respons otak selama berbagai tahap persiapan dan pelaksanaan pidato.
Peserta diminta bersiap untuk berbicara dalam dua skenario berbeda. Dalam satu hal, mereka tahu apa yang akan mereka katakan (persiapan khusus), sementara di sisi lain, mereka hanya tahu apa yang akan mereka katakan tetapi tidak tahu apa (persiapan umum). Selama fase persiapan ini, para peneliti memutar suara dan mengukur respons otak menggunakan electroencephalography (EEG).
Hasilnya sangat mengejutkan. Pada individu sehat, persiapan bicara secara umum menekan respons pendengaran secara keseluruhan – sebuah tanda fungsi CD normal. Namun, penekanan ini tidak terjadi pada kedua kelompok pasien skizofrenia, menunjukkan adanya kerusakan mendasar pada mekanisme penghambatan ini.


Ketika membahas persiapan pidato tertentu, perbedaannya menjadi lebih jelas. Pada individu sehat dan pasien skizofrenia tanpa halusinasi, persiapan mengucapkan suku kata tertentu meningkatkan respons otak terhadap suku kata yang sama saat didengar. Namun, pada pasien dengan halusinasi pendengaran, yang terjadi justru sebaliknya – otak mereka menunjukkan peningkatan respons terhadap suku kata yang berbeda dari suku kata yang ingin mereka ucapkan.
Temuan ini memberikan gambaran sistem CD yang “rusak” dikombinasikan dengan sistem EC yang “berisik” pada individu yang mengalami halusinasi pendengaran. Kurangnya penghambatan yang tepat (CD rusak) mungkin menjelaskan mengapa orang-orang ini mengalami kesulitan membedakan antara pikiran internal dan suara eksternal. Sementara itu, peningkatan yang tidak tepat (EC yang berisik) dapat menjelaskan isi halusinasi yang bervariasi dan seringkali tidak masuk akal.
Untuk lebih mendukung temuan mereka, para peneliti mengembangkan model komputer yang menyimulasikan gangguan ini. Model tersebut berhasil mereplikasi pola yang diamati dalam data dunia nyata, sehingga memberikan bukti tambahan untuk teori mereka.
Studi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman para ilmuwan tentang halusinasi pendengaran tetapi juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan interaksi antara sistem motorik dan sensorik dalam kesehatan mental. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang sering kita anggap sebagai fenomena sensorik murni mungkin mempunyai akar yang kuat pada mekanisme perencanaan dan prediksi motorik otak.
Meskipun penelitian ini berfokus pada skizofrenia, implikasinya dapat meluas ke kondisi lain di mana persepsi realitas berubah, seperti bentuk demensia tertentu atau keadaan akibat obat-obatan. Selain itu, hal ini menggarisbawahi kompleksitas otak manusia dan keseimbangan rumit yang diperlukan untuk persepsi dan kognisi normal.
Ketika para ilmuwan terus mengungkap misteri pikiran, penelitian seperti ini mengingatkan kita bahwa pengalaman kita – bahkan pengalaman yang tampaknya tidak dapat dijelaskan seperti mendengar suara – memiliki akar nyata dalam proses fisik otak kita. Dengan setiap penemuan, kami semakin dekat untuk mengembangkan pengobatan dan dukungan yang lebih efektif bagi mereka yang terkena dampak kondisi yang menantang ini.
Ringkasan Makalah
Metodologi
Para peneliti melakukan percobaan dengan dua kelompok pasien skizofrenia (20 dengan halusinasi pendengaran dan 20 tanpa halusinasi pendengaran) dan membandingkan hasilnya dengan data sebelumnya dari individu sehat. Peserta mengenakan topi EEG untuk mengukur aktivitas otak mereka saat melakukan tugas persiapan pidato. Dalam satu tugas, mereka bersiap untuk berbicara tanpa mengetahui apa yang akan mereka katakan.
Di tempat lain, mereka bersiap mengucapkan suku kata tertentu. Selama persiapan ini, para peneliti memutar suara dan mengukur respons otak peserta. Mereka mencari perbedaan respons antar kelompok dan membandingkannya dengan apa yang terjadi pada otak sehat.
Hasil Utama
Studi ini menemukan bahwa kedua kelompok pasien skizofrenia tidak memiliki penekanan respons pendengaran yang normal selama persiapan bicara secara umum, hal ini menunjukkan adanya masalah dengan sinyal penghambatan otak (akibat pelepasan). Namun, selama persiapan bicara tertentu, pasien tanpa halusinasi menunjukkan peningkatan respons yang normal terhadap suku kata yang telah dipersiapkan, sedangkan pasien dengan halusinasi menunjukkan peningkatan respons terhadap suku kata yang tidak dipersiapkan. Hal ini menunjukkan bahwa selain masalah penghambatan, pasien dengan halusinasi memiliki mekanisme peningkatan yang tidak tepat (salinan efek).
Keterbatasan Studi
Penelitian ini memiliki ukuran sampel yang relatif kecil yaitu 40 pasien skizofrenia, yang mungkin membatasi kemampuan generalisasinya. Semua pasien sedang menjalani pengobatan, yang dapat mempengaruhi hasilnya. Penelitian ini juga berfokus pada jenis halusinasi tertentu (auditori verbal) dan mungkin tidak berlaku untuk jenis halusinasi atau gangguan sensorik lainnya. Selain itu, penelitian ini mengandalkan pengukuran EEG, yang meskipun informatif, tidak memberikan resolusi spasial seperti teknik pencitraan otak lainnya.
Diskusi & Kesimpulan
Penelitian ini memberikan kerangka kerja baru untuk memahami halusinasi pendengaran, yang menunjukkan bahwa halusinasi tersebut disebabkan oleh kombinasi gangguan mekanisme penghambatan dan peningkatan di otak. Model “CD rusak” dan “EC berisik” ini dapat menjelaskan mengapa individu dengan halusinasi kesulitan membedakan pikiran internal dari suara eksternal dan mengapa isi halusinasi bisa sangat bervariasi.
Studi ini juga menyoroti pentingnya transformasi motorik ke sensorik dalam kognisi dan persepsi, yang berpotensi membuka jalan baru untuk pengobatan dan penelitian skizofrenia dan gangguan terkait.
Pendanaan & Pengungkapan
Penelitian ini didukung oleh berbagai hibah dari yayasan dan lembaga ilmiah Tiongkok, termasuk National Natural Science Foundation of China dan Natural Science Foundation of Shanghai. Para peneliti menyatakan tidak ada kepentingan yang bersaing.